Mediapasuruan.com – Candi yang terletak di Dukuh Kebon Candi, Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur ini merupakan peninggalan sejarah yang dibuat pada zaman kejayaan Raja Airlangga.
Dilansir dari berbagai sumber, Candi ini dibangun sebagai persembahan untuk janda murah hati. Menurut cerita yang ada, pada zaman pemerintahan Raja Airlangga, ada seorang wanita bernama Nyi Sri Gati yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai seorang janda dan biasa menjulukinya Mbok Randa Derma (janda murah hati).
Dulu, Mbok Randa Derma dikenal karena berjasa dengan membangun masyarakat pertanian di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada cerita legenda masyarakat setempat, dulunya penduduk di daerah tersebut belum mengenal kehidupan bercocok taman. Kehidupan mereka mengembara dan makanan utamanya merupakan tanaman jenis rerumputan.
Suatu saat, ketika persediaan tanaman rerumputan yang menjadi makanan pokok masyarakat mulai menipis. Saat itu datanglah seorang perempuan yang tak diketahui asalnya, bernama Nyi Sri Gati.
Perempuan itu mengajak para pengembara untuk berdoa, meminta petunjuk kepada Hyang Widi supaya bisa mengatasi kekurangan pangan yang mereka alami. Tak lama kemudian datang serombongan burung sebangsa burung gelatik dengan membawa padi-padian, lalu menjatuhkannya di dekat para pengembara. Padi yang jatuh itu kemudian ditanam oleh Nyi Sri Gati.
Beberapa bulan kemudian, tanaman Nyi Sri Gati dapat dipanen. Ia kemudian menumbuk hasil panennya menjadi beras, yang kemudian diolah menjadi nasi. Selanjutnya, Nyi Sri Gati mengajarkan cara bercocok tanam kepada para pengembara.
Sejak saat itu, masyarakat pengembara menetap dan hidup dari bercocok tanam. Mereka menjadikan padi sebagai makanan pokok.
Sedangkan menurut sumber yang lain, nama Candi Gununggangsir merupakan perpaduan dari dua suku kata, yakni nama ‘gunung’ diambil dari keberadaan bangunan candi ini pada masa lampau yang dilingkupi oleh gunung. Sedangkan kata gangsir (Jawa: nggangsir) berarti menggali lubang di bawah permukaan tanah.
Menurut keterangan penduduk, nama ini muncul ketika pada suatu saat ada seseorang yang berusaha ‘menggangsir’ gunung ini untuk mencuri benda-benda berharga di dalam bangunan candi ini. Maka dikenallah bangunan candi ini dengan nama Candi Gununggangsir.
Candi Gununggangsir merupakan candi yang unik. Karena satu-satunya candi yang menggabungkan gaya arsitektur Jawa Timuran dengan gaya ragam hias Jawa Tengahan. Dan candi ini merupakan satu-satunya candi yang menggunakan teknik cetak untuk menampilkan ragam hiasannya.
Pada 29 Februari 2016, candi ini ditetapkan sebagai warisan cagar budaya tingkat provinsi dengan surat penetapan bernomor 188/147/KPTS/013/2016. ***
Sumber Berita : Merdeka.com, wikipedia.org